Jumat, 15 Januari 2016

Media Sosial Menggeser Buku



 
Jaman sekarang memang sedang bangkitnya media sosial. Facebook sudah menjadi nomer satu di top pencaharian tentang media sosial. Disusul oleh Twitter, lalu Whatsapp. Ada Line, Path, Instagram, Snapchat, dan media sosial lainnya. Kalau kalian nggak punya salah satu di antara media sosial yang sudah disebutkan, pasti bisa dikatakan kudet oleh pengguna aktif beberapa media sosial tersebut.

Semua informasi memang sudah bisa didapatkan dari media sosial. Bagaimana tidak? Ingin mengetahui tentang pengetahuan dunia, kalian bisa cari akun media sosial yang memang membahas seputar pengetahuan dunia. Ingin membahas sejarah Islam maupun agama lainnya? Kalian bisa membaca sejarah tersebut di salah satu akun sosial media yang memang membahas tentang itu. Rasanya semua tentang ilmu apapun sudah bisa dicari dengan mudah melalui media sosial. Dari mulai ilmu tentang kesehatan, politik, ekonomi, bisnis, sampai ilmu agama pun ada akunnya di media sosial.

Inilah yang menyebabkan berkurangnya rasa malas membaca buku. Seseorang akan lebih memilih media sosial sebagai jendela ilmu. Padahal ada pepatah mengatakan buku adalah jendela ilmu. Rasanya pepatah tersebut lambat laun akan bergeser menjadi media sosial adalah jendela ilmu.

Mengapa mereka lebih memilih media sosial daripada buku? Yang pertama karena gampang dibawa. Seseorang yang suka dengan semua hal yang berbau tidak ribet, pasti ia lebih memilih membawa gawai (gadget) nya yang menjadi jendela ilmu. Selain tidak berat, gawai yang mereka punya biasanya berukuran kecil. Sehingga ketika bepergian mereka tidak perlu membawa tas yang agak besar karena buku yang mereka bawa.

Yang kedua karena ilmu-ilmu yang ada di media sosial tampilannya lebih fresh dibanding yang ada di buku. Di media sosial tentu saja cara menyampaikan ilmu-ilmunya menggunakan gambar dan animasi-animasi lain. Bagaimana dengan buku? Sebenarnya ada buku-buku tertentu yang menyajikan isi dari buku tersebut menarik dengan gambar dan tulisan yang tidak membosankan. Tetapi rata-rata buku memang membosankan untuk dibaca. Boro-boro dibaca, dilihat saja sudah malas.
Dua buku yang isinya menarik.

Dan terakhir karena media sosial bisa dijadikan bahan diskusi dibanding buku. Ketika mereka membaca buku, yang didapatkan hanya ilmu dan berhenti sampai di situ. Sedangkan di media sosial, mereka bisa melakukan diskusi dengan orang-orang tertentu yang ingin membahas tentang ilmu tersebut.
3 alasan mereka lebih memilih media sosial sebagai jendela ilmu dibanding buku memang benar adanya. Namun, ada satu hal penting yang dilupakan. Membaca melalui gawai dan buku tentu sensasinya akan berbeda. Membaca yang benar-benar bernama membaca itu tentu saja melalui buku. Membaca melalui gawai lebih bisa disebut searching.

Apa sih pentingnya membaca buku? Mungkin di sini ada yang ingin melanjutkan kuliah di Sastra Indonesia? Bila salah satu dari kalian ada yang berminat masuk ke dalam kelompok anak Sastra Indonesia, atau setidaknya sastra yang lain. Selamat! Kalian perlu memiliki hobi membaca. Di Sastra kalian dituntut lebih banyak membaca buku. Di sana kalian akan dikenalkan oleh novel-novel klasik yang tentu saja dengan bahasa melayu yang ada beberapa kalimat pasti tidak kalian mengerti dan harus benar-benar membacanya.

Banyak baca buku jadi cupu ah. Kata siapa? Banyak yang bilang punya hobi membaca buku itu seksi. Seksi di sini bukan terfokus pada badan yang ideal loh ya. Seksi di sini karena ia banyak ilmu karena membaca banyak buku. Contohnya saja, ada temanku yang menurut aku, buku itu sudah menjadi bagian hidupnya. Apa yang ia dapatkan? Ilmu yang berlimpah dan benar saja ia terlihat seksi dengan ilmu yang ia punya. Hmmm. Masih nggak mau jadi seksi berkelas tinggi?


Atau di sini ada yang mau jadi penulis? Hahaha. Selamat! Kalian perlu punya hobi membaca buku. Ambil contoh sederhananya saja. Kalian ingin menjadi penulis novel seperti Lexie Xue, Pidi Baiq, Tere Liye, Asma Nadia, Ilana Tan. Tentu saja penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Semakin kalian banyak membaca novel-novel yang bergenre sama dengan novel yang ingin kalian tulis, semakin baguslah tulisan kalian di calon novel kalian nanti. Nggak percaya? Coba saja.

Kalau novelnya sudah jadi, pasti bingung deh, mau kirim ke penerbit mana ya. Hmmmm. Langsung aja kirim ke Stiletto Book, oh iya ini penerbit buku perempuan loh. Jadi untuk novel yang target pembacanya perempuan saja nih. Untuk target pembaca yang lain? Maap-maap aja nggak bisa kirim ke penerbit ini. Hihi.

Udah ada Stiletto Book, penerbit buku perempuan paling kece dan bakal bikin buku kamu ada di seluruh indonesia. Masih males buat baca buku biar bisa buat buku yang keren? Yuk ah mulai sekarang ubah pikiran hobi baca itu cupu jadi hobi baca itu seksi.
Dari SD koleksi buku :)



Nama Lengkap : Astiowati Hanifah
Akun Media Sosial :
- twitter/instagram : astiowatih
- facebook : Astiowati Hanifah
Alamat E-mail : astiowatihanifah@rocketmail.com