Jumat, 07 November 2014

Punggungmu





Di sekolah tadi, aku sempat melihat-lihat akun instagramnya. Bukan, bukan aku naksir padanya. Aku hanya senang melihat wajahnya yang sedap dipandang. Temanku yang berhasil membuat kedua telingaku terpaksa ditutup karena histeris. Histeris karena foto di atas. Jangan salah paham dulu padaku. Ah, sejak kapan kamu punya rasa cemburu?

Cowo diatas emang keren banget. Suka borong piala buat sekolahnya. Jago futsal. Aku mengenalnya begitu dekat? Ah tidak. Aku malah dianggap seperti orang gila ketika fotonya mengingatkanku pada jangan disebut namanya. Ketika aku memaksanya buat mengenalku. Lupakan.

Cowo yang lebih sempurna dibanding kamu itu ada banyak, jutaan, milyaran, bahkan triliunan. Cowo yang punya kumis tipis diatas bibirnya pun banyak, nggak cuma kamu. Cowo yang punya segudang mimpi pun banyak di luar sana, nggak cuma kamu.

Ku bahagia. Kau telah terlahir di dunia. Dan kau ada. Diantara milyaran manusia. Dan ku bisa dengan radarku menemukanmu” –Perahu Kertas

Radar ini telah mengantarku ke kota ini. Kalau bukan karena radarku, nggak mungkin kita ketemu dan saling kenal.

Yang lebih dari kamu emang banyak, tapi yang bisa buat aku open my mind everything ke cowo cuma kamu. Untuk saat ini, perjalananku selama hampir 17 tahun baru kamu. Aku nggak berani bilang untuk ke depannya. Karena kita nggak pernah tau apa yang akan terjadi selanjutnya bukan?

Setiap pertemuan, aku selalu melihat punggungmu. Punggungmu yang selalu menghiasi di setiap pertemuan. Tanda bahwa kau berhasil sampai duluan di tempat dibandingkan aku. Saat itu? Senyum berhasil menghiasiku di awal pertemuan. Kau hanya mengeluh ketika aku berhasil membuatmu menunggu walau hanya beberapa menit. Ah, bisakah kau tetap di posisi saat itu? Tanda suatu saat nanti kau akan menungguku dengan punggung itu.

Kadang, menjaga hati agar tetap dengan perasaan yang sama itu sulit. Percayalah, aku ingin mengulang masa sulit itu seperti dulu. Mempertahankan satu perasaan kepada satu orang. Meyakinkan kepada semua orang bahwa miracle still there around us. Sama seperti menaiki wahana di Dunia Fantasi. I want to scream loudly feel that.

8 komentar:

  1. Wanita mencintai karena mendengar (Harusnya). Lelaki mencintai karena melihat (Wajarnya)

    BalasHapus
  2. cie elahh baru liat punggung aja senyum-senyum, apalagi liat wajah :D cie ngblog lagi

    BalasHapus
  3. Aduh screet admire-- pesen gue, jangan sering2 stalking ke akunnya yak. nanti nyesek lo. :D

    BalasHapus
  4. Duh, jadi inget dulu merasakan hal yg seperti ini. Semoga dianya cepar sadar.

    BalasHapus
  5. Kakasti jadi secret admirer bgt, nih?

    BalasHapus