Selasa, 28 Januari 2014

Berakhir di Kota Wonogiri


Haaaaay. Udah lama banget ya Asti nggak posting cerpen. Berapa bulan yang lalu ya? LAMA BANGET yang jelas ! Nah, sekarang Asti mau kasih cerpen ke kalian. Ini sebenernya diikutkan lomba, tapi nggak menang. Jadi posting disini deh. Sedih :'( . #CURHATMODEON.


Sudah 3 tahun lamanya aku mengalami masa-masa sulit. Sulit untuk mencari penggantinya. Bagaimana bisa seperti ini? Ini benar-benar pertama kalinya aku mengalami kesulitan melupakan seseorang. Sebelumnya, aku bisa begitu mudah dengan yang namanya “melupakan”. Tapi semenjak bertemu dan mengakhiri hubungan dengannya, tidak segampang dengan yang lain.
Dan untuk saat ini, aku mencoba melupakannya dengan berpacaran dengan Yudi. Saat ini aku sudah 1 tahun menjalani bersama Yudi. Yudi tidak tahu kalau aku masih belum bisa menghilangkan bayang-bayang Rendy. Aku jahat, memang. Aku mengira bersama Yudi, aku bisa menghilangkan kenangan bersama Rendy dulu. Walau kenangan itu yang hanya lewat pesan singkat dan email-email yang dikirimkan untukku.
Dan besok tepat Anniversary pertamaku bersama Yudi. Dan kebetulan sekali tepat kami berdua libur kuliah. Aku masih malas-malasan berbaring di tempat tidur. Aku terus memutar playlist yang berisi lagu-lagu yang diberikan Rendy dulu. Aku selalu membawa kartu SD yang berisi playlist tersebut. Untungnya, Yudi tidak menyadari.
1.      Kisah Romantis by Glen Fredly
2.      Lebih Indah by Adera
3.      Ku Pinang Kau Dengan Bismillah by Ungu feat Rossa
4.      Betapa Aku Mencintaimu by Vagetoz
5.      Aishiteru by Zhifilia
Walau cuma enam lagu, tapi ini bener-bener lagu yang buat aku ngerasa istimewa. Aku benar-benar meridukannya saat ini. Mau mencari info pun percuma. Aku benar-benar tidak tahu keberadaannya sekarang. Sudah dibohongi identitas olehnya, aku masih saja bisa-bisanya merindukan dan menginginkannya kembali. Sudah nyaman dengannya. Rata-rata bukannya perempuan seperti ini? Terlanjur nyaman dan akhirnya susah move on.
Aku memang tidak pernah menerima telpon darinya, telpon dariku pun tak pernah dia jawab. Alasannya cukup klise. Dia nggak suka telponan. Baru kali ini aku bertemu laki-laki yang tidak ingin telponan. Aku ketemu dia? Karena Facebook. Ya begitulah, aku sudah terlanjur seneng dengan dunia maya. Dan sampai ahirnya aku bertemu dia yang berasal dari Wonogiri. Ceritanya? Panjang. Saat ini aku benar-benar merindukannya. Merindukan pesan-pesang singkat manis darinya untukku. Apa kabar dia ya?
“Mbak... Ada Yudi di ruang tamu. Cepet keluar. Mama mau keluar sama papa.”
“Iya sebentar maaah. Mau ganti baju.”
Ternyata Yudi beneran kesini, aku kira hanya ngomong doang. Aku langsung mematikan musiknya. Buru-buru ganti baju dan turun ke bawah. Yudi menggunakan baju yang biasa aja, berarti ia ingin main di rumahku saja. Aku tersenyum manis menemuinya.
“Ada apa?”
“Main aja kok. Yoga tidur?”
“Nggak tau. Masih main di kamar kali.”
“Aku ke kamarnya ya.”
Aku hanya mengangguk kecil. Kadang aku merasa, aku ini jahat sekali. Yudi benar-benar tulus denganku, sampai ia rela akrab dengan Yoga. Padahal, Yoga reseknya minta ampun. Sudah banyak laki-laki yang sempat menjadi pacarku lari terbirit-birit keluar dari rumah karena keusilan Yoga. Dan entah pakai sihir apa, Yudi bisa buat Yoga jadi jinak.
Aku hanya membuntutinya dari belakang. Aku yakin, Yoga pasti bakal teriak “KAK YUDIIII. KOK BARU DATENG? KEMANA AJA? YOGA KANGEN NIH MAIN SAMA KAKA”. Dan benar saja, setelah aku berpikir itu, Yoga teriak sama persis dengan bayanganku. Aku hanya tersenyum tipis. Ternyata Yoga sedang sibuk bermain PS.
“Kak Yoga main PS sama aku yuk? Tekken ya?” Ajaknya sambil menarik-narik tangan Yudi.
“Loh? Kaka nggak diajak?”
“Kaka liat aja. Ini mainan cowo.”
Oke, Yoga memang ngeselin. Lebih baik aku kembali ke kamar sajalah. Kalau sudah selesai juga pasti Yudi mengetuk pintu kamar. Aku menutup kamarku dan meneruskan playlist yang sempat aku hentikan. Yap, aku kembali galau. Mengingat semuanya, mengingat semua kenangan. Mengingat saat aku kesepian karena kehilangan kak Vicka. Menenangkanku dengan kata-kata “Maaf sayang aku nggak bisa ksana. Perlu aku kirimin 1000 badut?”. Disitu aku benar-benar lega punya dia. Namun sekarang? Entahlah. Aku hanya bisa berharap secepat mungkin Yudi bisa menggantikan posisi Rendy.
Lagu Kisah Romantis by Glen Fredly terputar kembali. Lagu ini memang bener-bener romantis banget. Aku sampai tak bisa berkata apa-apa ketika Rendy menyuruhku mendownload dan mendengarkan lagu ini. Aku melihat keluar kaca, hujan turun dengan suara khasnya. Aku hanya bisa membayangkan, Rendy tiba-tiba datang ke rumah. Khayalanku semakin menjadi-jadi. Aku hanya menatap keluar dengan tatapan kosong.
“Nin? Belom tidur kan?” Suara Yudi.
“Belom Yud. Kenapa?”
“Aku tunggu di ruang tamu ya.”
Terdengar suara langkah kaki menuruni anak tangga. Aku juga bersyukur memiliki Yudi yang sangat sopan. Walau di rumah mama dan papa tidak ada, tetapi ia tidak akan pernah masuk ke kamarku. Karena menurutnya, kamar adalah ruangan privasi setiap orang. Untungnya, mungkin ia akan kecewa jika melihat kamarku penuh dengan munched yang berisi pesan singkat dari Rendy. Aku menghampirinya yang sedang duduk sambil melihat acara TV di ruang tamu.
“Kenapa Yud?”
“Inget besok kita Anniv?”
“Inget kok.”
“Aku udah beliin tiket pesawat ke Solo. Aku mau ajak kamu ke Wonogiri ketemu sama Kakek. Mau?”
Aku hanya mengangguk kecil mendengar kata Wonogiri. Yudi langsung pamit dan mengecup keningku. Aku masih terduduk diam di sofa. Bagaimana aku bisa lupa kalau Yudi punya kakek di Wonogiri? Bagaimana bisa? Untung bik Nok mengingatkanku, kalau tidak aku mungkin akan terus duduk di sofa ruang tamu. Aku menaiki anak tangga sambil terus memikirkan besok, besok aku ke Wonogiri. Itu artinya?
Pagi-pagi sekali Yudi sudah berada di rumah. Aku buru-buru membawa barang-barang yang akan aku bawa kesana. Aku seperti mendapat cahaya terang. Senyumku juga tidak berat, benar-benar ringan. Ternyata mama dan papa sudah menunggu juga. Aku pamit kepada mama dan papa, tentunya Yoga belum bangun. Karena? Mungkin aku tak kan diizinkan dia untuk pergi.
Kami diantar oleh sopir pribadi Rendy ke bandara Soekarno-Hatta. Aku tertidur selama perjalanan. Selama 1 jam di perjalan. Kami sampai di bandara. Bandara cukup lengang, karena belum musim liburan. Aku hanya mengikuti kemana Yudi berjalan. Aku sedang sibuk dengan handphone ku. Menceritakan kepada teman-teman kampusku.
Dan tiba-tiba saja aku sudah di depan Pramugari.
“Mbak, handphonenya harap dimatikan.”
Aku pun menuruti kata-kata pramugari itu. Yudi memilihkanku tempat dekat kaca, karena ia tahu aku sangat senang duduk dekat kaca. Jujur, aku sangat senang melihat awan. Dari kecil ketika naik pesawat aku selalu berebutan dulu sama kak Vicka untuk mendapat tempat yang kita mau.
Nggak butuh waktu lama sampai di Solo, sampai di bandara ternyata sudah ada yang menjemput. Dan disinilah waktu yang lama. Perjalanan dari Solo ke Wonogirinya. Aku hanya menghela nafas. Ku masukkan semua barang-barangku ke dalam bagasi. Di perjalanan, aku terjaga dengan handphoneku. Sedangkan Yudi, terlelap di sebelahku.
Kamu tulus banget Yud, tapi aku jahat gini ke kamu. Aku harus gimana? Sayang kamu itu udah besar ya Yud? Kamu sadar nggak sih aku jahat banget sama kamu Yud? Kamu tau nggak sih aku tetep nggak bisa lupain dia walau kamu disamping aku Yud? Kamu tau nggak sih senyum aku ke kamu itu berat Yud? Kamu sadar atau pura-pura sih Yud?
Aku hanya diam seribu bahasa di perjalanan. Memandangi pemandangan di luar, hujan terus turun dari langit. Dan lagu dari Zhifilia yang Aishiteru diputar oleh penyiar radio menemaniku yang masih terjaga. Aku sedikit terlonjak mendengar lagu itu dan kembali merenung. Memandang keluar dan aku pun terlelap.
...
Aku bangun ketika menyadari mesin mobil mati. Aku melihat ke sekitar, dan di depanku sudah ada rumah yang bergaya jaman dulu. Benar-benar asri rumahnya. Banyak phon-pohon rindang yang membuat sejuk. Dan halaman rumah pun luas, tentunya ditanami rumput-rumput kecil. Aku keluar mobil dan melihat ke pemandangan dari atas sini, ternyata sedikit diatas bukit rumah ini. Aku menghirup udara dalam-dalam.
“Mau ketemu kakek?” Tiba-tiba Yudi masuk memelukku dari belakang. Aku hanya mengangguk kecil.
Aku dituntun masuk ke dalam rumah ini oleh Yudi. Ada seorang kakek yang sedang duduk di salah satu goyang dan seorang nenek yang sedang menyuapinya. Mungkin itu mereka. Ketika mereka menyadari aku datang bersama Yudi, mereka tersenyum melihatku. Senyum bahagia, terlihat dari sorot matanya yang ikut bersinar dengan senyum itu.
Aku mencium tangan mereka, mereka hanya mengangguk. Aku menggantikan neneknya yang sedang menyuapi kakek. Sepertinya aku benar-benar menjadi jahat setelah melihat kakek dan nenek Yudi. Menyakiti cucunya yang sangat tulus kepadaku. Oh... apa yang kulakukan sekarang? Sepertinya aku harus benar-benar menerima Yudi seperti Yudi menerimaku dan melupakan semua yang telah aku dan Rendy lakukan dahulu. Ya, itu yang seharusnya kulakukan sekarang. Aku akan mencoba.
Malam ini, Yudi mengajakku untuk berkeliling kota Wonogiri. Mungkin suasana malam kota ini keren. Daripada nggak kemana-mana, ya lebih baik keluar lihat kota Wonogiri. Harapanku? Semoga saja aku tidak sengaja bertemu Rendy, tentunya dengan foto yang telah dia berikan ke aku. Oke, aku memang hanya mengandalkan foto. Selebihnya? Nothing. Nggak ada. Aku beristirahat sejenak di kamar kosong yang sudah disediakan. Supaya nanti malam terlihat lebih fresh. Yudi tetap menemani kakek mengobrol. Mungkin nanti ia juga akan tidur di kamar yang terletak disebelahku. Aku pun melihat ke seisi kamar ini, lumayan. Aku langsung terjun ke tempat tidur dan terlelap.
...
Sekarang aku sudah berada di atas vespa milik kakek-nenek nya Yudi. Udara disini saat malam benar-benar dingin. Aku sampai mendouble jaketku dengan jaket milik neneknya Yudi. Yudi hanya menggunakan jaket jeansnya. Aku melingkarkan tanganku di pinggangnya, rasa hangat yang berasal dari tubuhnya mengalir ke tubuhku. Hangat tubuh Yudi benar-benar membuatku nyaman, aku bersender ke punggungnya. Melepas penat untuk sekejap.
“Nin? Kita mau kemana?” Ternyata Vespa sudah berhenti di suatu tempat, entah ini dimana. Aku tak tahu.
“Kemana? Kita makan aja enak kali ya Yud?” Sepertinya perutku juga sudah meraung kelaparan.
“Yaudah aku cari tempat makan. Kamu jangan tidur aja dong. Lampu-lampunya bagus loh.” Aku hanya tersenyum mendengar ucapan Yudi.
Aku nggak punya panggilan sayang untuk Yudi, Yudi pun begitu. Pacaran kami begitu sederhana. Ya sederhana. Yudi yang tulus dan aku yang diam-diam masih mengharapkan Rendy. Oh ya, Rendy kamu dimana? Aku sekarang di Wonogiri loh. Dari dulu aku mau kesini nemuin kamu, sekarang kesininya sama Yudi. Kita bisa ketemu nggak ya? Aku Cuma mau liat langsung kamu sekali aja.
Vespa sudah berhenti di depan salah satu rumah makan di daerah kota Wonogiri. Aku masih terdiam di kursi belakang. Aku melihat ke tempat makan, tempatnya benar-benar romantis. Aku turun dari motor, begitu juga dengan Yudi. Yudi melepaskan helm yang masih bertengger manis di kepalaku. Aku melempar pandangan ke barisan motor yang ada di sekitarku. Dan menangkap Satria Fu merah-hitam dengan plat yang tidak asing lagi di kepalaku. Plat motor Rendy. Rendy ada di rumah makan ini juga? Benarkah? Aku jadi tersenyum harap, semoga.
Yudi menggandeng tanganku. Aku sibuk mencari-cari orang yang sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing di dalam rumah makan ini. Mataku berusaha menjadi mata kelelawar di malam hari. Aku harus menemukannya. Tapi, atau mungkin motornya dipakai oleh kakaknya. Ya, bisa jadi dipakai kakaknya. Kenapa pikiranku begitu pendek? Menyimpulkan sesuatu dengan seenaknya.
Yudi memilihkan tempat yang benar-benar romantis suasananya. Aku sedikit terharu dengannya. Aku duduk berhadapan dengannya. Senyumnya yang tulus ditambah tatapan matanya yang tajam sudah tidak diragukan lagi kalau ia benar-benar tulus denganku. Bagaimana bisa aku menyia-nyiakannya? Banyak perempuan disana yang rela tekuk lutut demi mendapatkan hati Rendy ini.
“Kamu mau apa sayang?” Ini pertama kalinya Yudi memanggilku dengan sebutan “sayang”, aku sedikit kaget mendengarnya.
“Ikut kamu aja sayang. Minumnya juga.” Otomatis aku harus balas memanggilnya dengan “sayang”.
Yudi memilih kan makanan khas sini dan teh hangat. Dia berdiri dan mengambil sesuatu di saku belakangnya. Dan munculah kotak kecil dari sakunya. Aku hanya tersenyum, ini senyum tulusku untuknya. Akhirnya. Dari sorot mataku, pasti Yudi tahu aku bertanya “apa ini?”. Yudi hanya menyuruhku untuk membukanya. Begitu aku buka, sebuah kalung berliontin bongkahan es batu. Aku benar-benar tertegun melihatnya. Bagaimana bisa? Yudi memang tahu aku sangat hobi memakan es batu. Tapi? Bagaimana mendapatkan liontin dengan bentuk seperti ini? Yudi memakaikanku kalung itu. Setelah Yudi mengaitkan kalung. Ia hanya tersenyum kepadaku.
“Kamu suka?” Tanyanya.
“Banget. Bagaimana bisa kamu dapatkan kalung berliontin unik ini?” Aku tersenyum, senang.
“Rahasi. Aku ke belakang dulu ya.” Yudi pun pamit ke belakang.
Aku mengalihkan pandangan ke sekitarku. Aku melihat sosok yang sangat aku kenal. Hidungnya, alisnya, bibirnya, rambutnya dan matanya. Itu Rendy! Pacar dunia mayaku, tepatnya mantan. Aku benar-benar bertemu Rendy. Perasaanku campur aduk saat ini.
Namun, ternyata ia pergi kesini tidak sendirian, bersama seorang perempuan yang sangat manis. Pakaiannya sangat anggun. Tatanan rambutnya rapih. Malam itu pun, Rendy menggunakan setelan jas. Dan ternyata ada kedua orang tua menghampiri mereka. Sepertinya masing-masing orang tua mereka. Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku. Setiap kejadian yang terjadi disana aku lihat.
Mereka tertawa ringan. Orang tua Rendy memuji perempuan itu, perempuan itu hanya tersenyum. Rendy juga tersenyum. Semua yang duduk disana tersenyum. Aku bisa merasakan betapa bahagianya mereka. Dan sepertinya acara mereka dimulai. Aku tahu... ini pertunangan. Rendy mengeluarkan cincin dan memasangkannya di jari manis perempuan itu. Tanpa kusadari, aku membiarkan air mata jatuh di pipiku. Entah karena batin atau apa, Rendy melihatku. Tentunya Rendy sangat kaget ketika aku tersenyum ke arahnya. Rendy benar-benar kaget. Wajahnya yang tadi terlihat ceria kini shock ketika melihatku. Ia bangkit dari tempat duduknya ketika Yudi datang. Aku langsung menarik Yudi keluar dari rumah makan itu. Pikiranku kacau. Aku...kecewa...
Sepanjang jalan, baju bagian punggung Yudi basah dengan air mataku. Aku masih mengingat setiap kronologi kejadian tadi dan ekspresi muka Rendy. Aku dan Rendy memang tidak pernah putus. Aku maupun Rendy nggak ada yang mengucapkan kalimat seperti “kita putus”. Dan itu masih terasa sakitnya. Sekarang? Rendy sudah bertunangan dengan perempuan itu. Aku? Mencoba menerima Yudi. Menerimanya dengan tulus, bukan akting lagi. Dan lagu “Lumpuhkan Ingatanku” by Geisha terputar oleh radio yang sedang ku dengarkan menggunakan headset.

Minggu, 19 Januari 2014

GURU INSPIRASIKU

Hay pembaca setia Penyiar Blog, balik lagi ya sama Asti. Kemarin-kemarin asti kan udah buat postingan tentang segala-segalanya yang asti pikirkan. Maksudnya pemikiran asti. Ya begitu deh yaaa. Nah sekarang asti mau kasih info buat kalian yang suka buat cerpen.

Kaka Masitha #Kawancut ini pengen bikin buku yg terdiri dari beberapa penulis. Judul bukunya "Guru Inspirasiku", Isi bukunya tentang guru2 yg inspiratif gitu. Insya Allah kalo bukunya jadi, royaltinya akan disumbangkan ke anak2 kurang mampu. Bukunya diterbitkan melalui self publishing. Teman2 disini ada tidak yg mau berkontribusi menulis tentang guru temen2 yg inspiratif?

Syaratnya:
- minimal 2 lembar di ms. Word. Lebih dari 2 lembar lebih baik (ukuran font 12, spasi 1)
- tulisannya diberi judul
- karya asli (tidak copas)
- batas pengiriman tgl 31 januari 2014
- KUDU anggota dari Kancut Keblenger. Belum jadi anggota? Baca nih

Dikirim via email ke sithaners@yahoo.com dengan subjek: Buku
More info : bisa hubungi facebook ka Masitha Dwi Amira

Gampang bingiiits kan yaaaa? Mending cepet-cepet yuk ah sebelum tanggal deadline nya. Royaltinya buat sedekah loh. Ntar biar tuhan yang kasih hadiah buat kalian 0:)
Asti rasa cukup ya. Maaf nih kalau nyinggung perasaan kalian. Asti pamit undur diri. SALAM ENCUUUTS ! =)) 

Rabu, 01 Januari 2014

Akhir Tahun 2013

Heeey. Balik lagi deh sama Asti di blog ini. Oke lah, beberapa jam lalu Asti sudah ngepost tentang komenan #Kawancut di grup facebook. Oke, Asti bakal flashback dulu deh ke awal 2013. Awal 2013, waktu itu Asti malam tahun baru di Bogor. Liat pesta kembang api di pemda Cibinong. Pokoknya seru banget deh tahun kemarin malam tahun baru'annya. Tapi sayangnya, malem tahun baru'an kemaren dibuat galau sama seseorang. Gara-gara? Orang itu nggak kasih kabar apa-apa ke Asti. Baru kasih kabar bulan Februari, gila kan? Okelah no problem.

Di 2013 ini Asti juga putus sama dia, ya galau deh. Pokoknya bingung deh putus karena alasan yang nggak bisa dibilang alasan.Udah deh lanjuuut, jangan stuck terus. Di 2013 ini, Asti deket sama temen sekelas. Ya deketnya cuma "temen". Toh emang dia cuma anggap Asti temen. Ya kenangannya sih ada. Tepatnya hari Jumat, dia nemenin Asti wifi'an di sekolah, padahal sekolah udah sepi krik krik. *etjieeeee . Terus pas sampe parkiran emang mas sadat iseng banget! Motor Asti yang dipinjem diparkir deketan sama motor dia. Alhasil? Pulang kita bareng masing-masing(?). Oke mulai ngaco. Intinya, ternyata dia cuma menganggap kedekatan ini cuma sebatas "TEMAN". Masuk wilayah Friendzone deh Asti :(

Langsung aja kali yaaa. Karena di tahun 2013 ini Asti kebanyakan galau. Sampe dapet peringkat ke-30 dari 38 siswa! BAYANGIN DONG BAYANGIN! Asti kapok galau. Nilai rapor yang jadi taruhan. Nawaittun Asti mah, 2014 nanti teu aya kata "GALAU". HAHAHA

Di 2013 juga Asti masuk komunitas KANCUT KEBLENGER. Ah itu kan udah Asti bahas yaaa di posting sebelumnya. Belum baca? Makanya baca! Seneng banget bisa diterima sama mpok pina di komunitas ini. Tau gak? Jadi banyak temen. Jadi ngerasa kalau Asti mah apa atuh? blog aja sederhana pisan. Teu keren kayak kebanyakan para #Kawancut :( Tapi optimis, 2014 nanti Asti bakal bikin blog yang keren. (Emang bisa? Nggak tau deh)

Di 2013 ini juga Asti sempet berantem sama Nina, sahabat Asti dari SD. Kenapa bisa? Gara-gara Nina telat ngucapin, terus Asti egois dan marah. Padahl harusnya Asti tau, manusia tidak akan luput dari kesalahan. Cuma 2 hari diem-dieman, dan akhirnya minta maaf. Jujur, nggak bisa lama-lama marahan sama sahabat, apalagi sahabatnya dari SD gini. Ya apa iyaaa? IYALAH!

Dan di akhir 2013 ini, Asti ketemu seorang muslim di Barcelona, Spain. Tau nggak? Pasti tau lah. Apa lagi yang seneng sepak bola. Ketemunya? Lewat omegle, waktu itu beruntung deh bisa kenal, soalnya apa? Di omegle banyak yang om*s, sedangkan dia nggak. Waktu itu chat sampe lamaaaa banget, dan Asti tentunya pake bantuan google translate. Plis deh, Asti mah orang sunda, bukan orang yang kalau ngomong cas cis cus nya pake bahasa Inggris.

Terus kita tukeran id skype. Seneng sih dapet temen yang dari luar Indo. Keren gitu. Eaaaaks. Akhirnya chat, terus dia nelpon lewat skype, Asti reject. Kenapa? Jelaslah. Lo pada bakal jadi apaan kalau ngomong sama orang yang cas cis cus inggris? Kambing congek iya. Dan disinilah Asti debat sama dia. Dia kecewa karena Asti nggak jawab telponnya. Akhirnya dia telpon lagi, Asti angkat tuh. Ya krik deh tuh. Dia ngomong "hello", Asti jawab "hello too". Eh dia cincong yang lain, Asti langsung tutup.

Trus, dia mau cam'an sama Asti. Asti bilang "I want if i keep use my veil", dia malah marah. Dia pengennya Asti nggak pake kerudung. HEL to the LOOO. HELLOOOO? Plis deh, kerudung itu kan kewajiban Asti. Nggak mungkin Asti lepas cuma karena dia? Siapa dia? Terus dia langsung dc Asti di skype, awalnya sakit hati sih, sampe netes segala. HALAH. Tapi yaudah lah, gagal dapet yang dari luar Indo. Hiks. Bye Neil :(

Dan sekaraaaaaang, 2014! Apa ya? Novel selesai dan bisa diterbitin. Kapan ya? Harus bisa deh pokoknya. Terus nggak ada GALAU. Sekarang mah fokus ke sekolah aja deh, jangan ke yang lain-lain. Ingetin Asti ya kalau tiba-tiba ngetweet melow di tl @AstiowatiH. Udah sih, akhir 2013 tadi ya akhirnya gagal dapetin orang luar. HAHAHAHA

Oke, sampe disini postingan Asti kali ini. Karena Asti emang terobsesi banget jadi penyiar radio jadi blog Asti buat kayak lagi on air tapi dalam bentuk tulisan. Heheh. Asti pamit undur diri. Malam kalian! 2014 !!!!