Selasa, 18 November 2014

Awas Nabrak!





Ada satu kebiasaan gue kalo lagi bawa motor. Lebih suka liat spion daripada liat depan. Pernah gue liat spion terus pas gue liat depan ada truk, langsung gue sadar. Bahaya juga kalo terlalu fokus ke spion. Nggak merhatiin apa yang ada di depan.

Spion itu bisa diibaratkan masa lalu. Bener nggak sih? Yang ada di kaca spion ya cuma apa yang pernah diliat sebelumnya pas kita bawa kendaraan. Oh iya, sama kendaraan yang bakal nyalip kita, bisa keliatan di spion itu sendiri. Artinya di kaca spion ada seseorang yang ada di masa lalu kita. Dan ada seseorang dari masa lalu itu yang bisa saja jadi bagian di masa depan kita nanti.

Sah-sah aja buat kita liat spion. Buat jaga-jaga kalau mau belok liat di belakang ada kendaraan atau nggak. Buat liat seberapa kencang kita memajukan laju kendaraan. Sama kayak masa lalu. Sah-sah aja kok kita tengok masa lalu. Ambil pelajaran dari masa lalu itu. Buat jadi tolak ukur seberapa jauh sih kita udah berjalan dari masa lalu?

Yang nggak boleh itu, fokus terus ke spion. Ini emang gue banget. Suka keterusan liat spion dan akhirnya lupa sama yang ada di depan gue. Kalau sampe terlalu fokus ke spion. Apa yang terjadi? Kita nggak tau kendaraan di depan kita ngerem mendadak, nggak tau ada kendaraan dari arah balik yang nyalip, nggak tau ada kendaraan yang tiba-tiba masuk ke jalur kita.

Sama kayak masa lalu. Bahaya loh lama-lama fokus ke masa lalu. Sekali lagi, “boleh kok tengok masa lalu tapi buat ambil pelajaran dari masa lalu itu”. Kita terlalu fokus ke masa lalu, tapi lupa kalau di depan kita ada seseorang yang datang dengan segala ketulusannya. Saking fokus ke masa lalu, sampe kita sia-siain seseorang yang ada di depan kita, yang ada terus buat kita. Sampe lupa kalau sekarang hati kalian harusnya ada di masa depan, bukan masa lalu.

Nggak ada yang bilang kalau masa lalu yaudahlah masa lalu. Bisa, bisa kok masa lalu kita jadi di masa depan kita. Tapi inget, fokus yang ada di depan. Jangan terus melihat ke belakang. Awas nabrak! Sama kayak bawa kendaraan, bisa terjadi tabrakan. Mungkin di masa depan tabrakannya berupa ditinggal gebetan karena inget yang lalu.

Life must go on. Entahlah. Gue kalau lagi patah hati suka banget sama kalimat itu. Punya tekad kejadian di masa lalu yang buruk jangan terulang. Kejadian yang baik dijadiin lebih baik lagi di masa depan. Gue tau kok yang namanya pindah itu sulit. Tapi, coba pikirkan. Apakah lo mau dapet tabrakan karena spion?

Minggu, 16 November 2014

Batuk Cincin



Langkah kakinya berusaha sejajar dengan tempat tidur roda yang membawa Galang. Semua bagian tubuh Galang sudah ditutupi dengan kain putih. Hanya terlihat kaki yang pucat diujung tempat tidur. Air matanya terus saja mengalir melihat kekasihnya terbaring kaku. Lorong demi lorong dilewati untuk sampai ke ruangan jenazah.
Tiba-tiba lampu satu lorong ini mati. Dia diam seribu bahasa merasakan gelap. Hanya cahaya bulan yang menerangi. Arlojinya menunjukkan pukul 00:30. Tubuh Galang terguncang, batuk! Suster yang membawa membuka kain putih yang menutupi wajah Galang. Tangannya menutupi mulut. Menganga dia melihat mayat bergerak. Dibuka telapak tangan Galang dan cincin berwarna putih mengkilap berada di atasnya.
“Happy Anniversary yang ke 5, Cantik” air matanya berubah arti. Dipasangkan cincin yang ada di Galang ke jari manis dia. Langsung ia peluk lelaki yang ada di depannya itu.
“Ide kamu konyol tahu, tidak?”
“Tidak tahu. Hahaha. Sudah 5 tahun, ya? Kamu masih seperti Lolly yang kukenal 5 tahun lalu.”
“Kok bohong sih? Pake acara pura-pura meninggal.”
“Tapi suka kan?” senyum dia berkembang.
Dia terus menunggu pesan masuk atau telpon dari Galang. Lebih dari dua jam ia menunggu. Sudah hampir pukul 24:00, namun pesan dan telponnya belum dibalas oleh kekasihnya itu. Tiba-tiba nada dering panggilan masuk dari ponselnya berbunyi, nomer tak bernama. Segera ia angkat.
“Dengan Gita Amethyst?”
“Iya. Saya sendiri.”
“Ini dari Rumah Sakit Polo. Apakah anda mengenal Galang Rizky Perdana?”
“Iya itu pacar saya. Ada apa ya?”
“Galang baru saja dibawa ke rumah sakit ini karena kecelakaan. Sekarang di ruang ICU. Tolong secepatnya datang kesini sebagai wali.”
Tanpa dijawab salam penutup, ia langsung ke rumah sakit yang dimaksud. Sampai disana, gedung serba putih ini sangat sepi. Hanya beberapa karyawan yang berjaga shift malam lalu lalang. Ia langsung menuju ke meja resepsionis.
“Ruang ICU dimana ya, Mbak?”
“Maaf? Atas nama siapa?”
“Galang Rizky Perdana.”
“Oh iya. Langsung saja ke lantai dua.”
“Makasih, Mbak” resepsionis yang tadi ia tanya seperti menahan tawa. Ia tak menghiraukan dan langsung menuju ke lantai dua yang dimaksud mbak resepsionis tadi.
Tempat tidur roda yang dibawa suster keluar dari ruang ICU. Dengan seseorang yang berbaring diatasnya, ditutupi dengan kain putih. Papan nama menuliskan nama Galang dengan umur 20 tahun. Ia langsung bertanya kepada suster yang membawa. Ternyata itu Galang kekasihnya yang mengalami kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit ini. Menghembuskan nafas terakhirnya pada pukul 00:15. Kedua kakinya lemas.

Jumat, 07 November 2014

Punggungmu





Di sekolah tadi, aku sempat melihat-lihat akun instagramnya. Bukan, bukan aku naksir padanya. Aku hanya senang melihat wajahnya yang sedap dipandang. Temanku yang berhasil membuat kedua telingaku terpaksa ditutup karena histeris. Histeris karena foto di atas. Jangan salah paham dulu padaku. Ah, sejak kapan kamu punya rasa cemburu?

Cowo diatas emang keren banget. Suka borong piala buat sekolahnya. Jago futsal. Aku mengenalnya begitu dekat? Ah tidak. Aku malah dianggap seperti orang gila ketika fotonya mengingatkanku pada jangan disebut namanya. Ketika aku memaksanya buat mengenalku. Lupakan.

Cowo yang lebih sempurna dibanding kamu itu ada banyak, jutaan, milyaran, bahkan triliunan. Cowo yang punya kumis tipis diatas bibirnya pun banyak, nggak cuma kamu. Cowo yang punya segudang mimpi pun banyak di luar sana, nggak cuma kamu.

Ku bahagia. Kau telah terlahir di dunia. Dan kau ada. Diantara milyaran manusia. Dan ku bisa dengan radarku menemukanmu” –Perahu Kertas

Radar ini telah mengantarku ke kota ini. Kalau bukan karena radarku, nggak mungkin kita ketemu dan saling kenal.

Yang lebih dari kamu emang banyak, tapi yang bisa buat aku open my mind everything ke cowo cuma kamu. Untuk saat ini, perjalananku selama hampir 17 tahun baru kamu. Aku nggak berani bilang untuk ke depannya. Karena kita nggak pernah tau apa yang akan terjadi selanjutnya bukan?

Setiap pertemuan, aku selalu melihat punggungmu. Punggungmu yang selalu menghiasi di setiap pertemuan. Tanda bahwa kau berhasil sampai duluan di tempat dibandingkan aku. Saat itu? Senyum berhasil menghiasiku di awal pertemuan. Kau hanya mengeluh ketika aku berhasil membuatmu menunggu walau hanya beberapa menit. Ah, bisakah kau tetap di posisi saat itu? Tanda suatu saat nanti kau akan menungguku dengan punggung itu.

Kadang, menjaga hati agar tetap dengan perasaan yang sama itu sulit. Percayalah, aku ingin mengulang masa sulit itu seperti dulu. Mempertahankan satu perasaan kepada satu orang. Meyakinkan kepada semua orang bahwa miracle still there around us. Sama seperti menaiki wahana di Dunia Fantasi. I want to scream loudly feel that.