Sabtu, 31 Agustus 2013

Hay, bulan.



Hay, bulan. Malam ini, malam Minggu. Aku jadi teringat dirinya yang dulu selalu menanyakan kabarku ketika ponsel sudah di tangannya.
Hay, bulan. Malam ini ponselku benar-benar sepi dan sunyi. Tidak seperti dulu. Dirinya yang setiap malam menemaniku lewat pesan-pesan singkat, kini sirna.
Hay, bulan. Aku ingin kau tetap bersama bintang menghiasi langit malam ini. Walaupun aku kini tidak bersamanya seperti kau bersama bintang saat ini.
Hay, bulan. Aku juga jadi teringat beberapa tahun lalu. Ketika aku dan dirinya bertemu di depan salah satu masjid dekat rumahku.
Hay, bulan. Saat itu, dirinya sedang menungguku sambil bersender di belakang mobil pick up. Aku tersenyum melihatnya. Kau pasti melihat kejadian itu bulan.
Hay, bulan. Bagaimana dia disana? Pasti saat ini dirinya sama sekali tidak mengingat kejadian beberapa tahun silam bersamaku itu.
Hay, bulan. Bisakah kau mengulang kejadian itu di waktu ke depannya? Karena sungguh, aku ingin sekali melihat sinar terangmu bersamanya(lagi).
Hay, bulan. Hembuskan angin dinginnya malam di telinganya yang membuatnya ingat akan ini. Agar tidak hanya aku yang merindu, tetapi dirinya.
Hay, bulan. Ku kira semua cukup. Jagalah dirinya di dalam tidurnya. Buat tidurnya lebih nyenyak dari sebelumnya.
#6612

6cm!



Hay, baru ngepost lagi nih aku. Hehehe. Mau bilang apa ya? Cerita aja ya. Tadi pas pelajaran IPA disuruh buat kelompok masing-masing kelompok 6 anak. Dan, jadilah kami ber-6. Waktu gurunya menyuruh kami untuk memberikan nama kelompok kami, yang ada di otak kami Cuma judul-judul film. Dan perlu kalian ketahui, kami ber-6 ini pecinta film. Terutama film yang bergenre horor.
Dan di atas ini foto kami ber-6 lagi makan-makan ditraktir salah satu dari kami yang berulang tahun. Yuhuuu~ Dan aku akan memperkenalkan kami semua ke kalian. Yang di depan kiri itu jelas aku. Lalu di belakang aku ada A’yuni Naifada(A’yuni). Dan dibelakangnya lagi ada Catur Ribut Priswanti(Catur). Di depan kanan itu Tusamma Salsabila Cahya Firdaus(Bella). Di belakangnya ada Atik Hidayani(Atik). Dan dibelakangnya lagi ada Anggraini Elisa A.S(Elisa).
Intinya, hari ini tanggal jadinya 6cm! Saturday, August 31th 2013 J

Sabtu, 24 Agustus 2013

Holiday w/ syahgi :)



Haaay, reader. Photobox dan foto-foto ini waktu aku liburan ke Bojong, Bogor. Dan ini dengan 2 sahabatku. Harusnya ber 6, namun yang 3 belum pulang dari kampungnya. Ya dengan terpaksa, kami hanya ber3 ke detos. Mending langsung aku kenalin aja ya 2 sahabatku ini.
Sahabatku yang pakai jilbab hijau tosca itu namanya Isyah Rodhiyah. Lalu, yang memakai kerudung ungu muda itu Anggie Firdiah. Aku beruntung, masih punya sahabat yang take care, walaupun saat ini kami berjauhan karena jarak membentang.
Tuesday, August 13th 2013~

Senin, 19 Agustus 2013

Jodoh Pasti Bertemu



Pergilah kasih kejarlah keinginanmu
Selagi masih ada waktu
Jangan hiraukan diriku
Aku rela berpisah demi untuk dirimu
Semoga tercapai segala keinginanmu
Terdengar lantunan dari radio lagu Pergilah Kasih dari D’Masiv. Alifah menghayati lirik demi lirik lagu tersebut. Sambil melihat rintikan hujan diluar jendela yang sudah satu jam tak berhenti. Suasana rumah sunyi, hanya terdengan rintikan hujan yang menemani kesunyian Alifah. Semakin Alifah menghayati lagu yang diputar dari radio, semakin panas matanya. Tak terasa butiran air mata dari mata indah Alifah menetes dan jatuh ke pipinya.
Alifah sedang merindukan seseorang. Seseorang yang dulu selalu disampingnya dan berdiri tegap menjaganya, kini sirna. Seorang laki-laki bernama Rifa. Sirna karena keinginan abi Rifa untuk meneruskan Rifa ke SMA yang jauh dari pandangan Alifah. Alifah kalut dalam kesedihan. Ia hanya bisa berdoa semoga Rifa mendapat sekolah yang nyaman untuknya.

...

Handphone Rifa disita ustadz Azhar, Rifa hanya bisa diam tak berani memberontak. Karena sudah banyak aturan di pesantren ini yang ia langgar. Rifa semakin bertanya-tanya, apakah Allah tak mengizinkannya untuk terus berhubungan dengan Alifah? Rifa pun bangkit dari tempat tidur dan melangkahkan kaki ke kantor, menemui ustadz Azhar untuk menanyakan perihal ini.
“Tad, boleh saya tanya sesuatu?” Ustadz Azhar yang sedang membereskan buku-buku membalikkan badan.
“Tentu boleh. Ada apa?”
“Bagaimana Islam menanggapi soal pacaran Tad?” Ustadz Azhar agak kaget mendengar pertanyaan Rifa.
“Gini.” Ustadz membenarkan posisi duduknya. “Islam sangat melarang umatnya mendekati zina. Jelas kamu tahu aktivitas pacaran itu apa saja. Aktivitas itulah yang mendekati zina.” Terang ustadz Azhar.
“Tapi Tad. Bagaimana dengan LDR? Long Distance Realitionship, hubungan jarak jauh.” Rifa coba mencari tahu.
“Zina hati, zina pikiran. Benar bukan? LDR juga memikirkan sang kekasih disana, itu zina pikiran. Karena sang kekasih belum menjadi mahram kita.”
“Lalu?”
“Itu hanya cinta semu Fa. Cinta sesungguhnya hanya kepada-Nya. Allah swt.” Walau sedikit tak mengerti apa yang diucapkan ustadz Azhar, Rifa hanya mengangguk-angguk.
Lalu kembali ke kamarnya. Dan memikirkan kata-kata ustadz Azhar.

...

Sudah berpuluh-puluh kali Alifah mengirim pesan ke Rifa. Sudah berkali-kali juga ia menelpon Rifa. Namun hasilnya tetap nihil. Istirahat sekolah ini, Alifah hanya duduk dan menatap handphonenya. Menantikan Rifa memberi kabar. Izzah, sahabatnya, yang baru pulang shalat dhuha sedih melihat Alifah seperti ini.
Izzah langsung duduk di sebelah Alifah.
“Zah, kok Rifa nggak ngasih kabar ya?”
“Fah, sampai kapan kamu terus mikirin cinta semu itu? Sedangkan kamu mulai melupakan cinta yang sebenarnya.” Izzah sudah tak tahan melihat Alifah seperti ini.
“Maksudmu?” Tanya Alifah memandang Izzah.
“Gini, Rifa itu hanya cinta semu. Cinta sebenarnya itu hanya milik Allah. Bukan maksudku untuk menceramahimu.”
“Lalu?”
“Jodoh nggak kemana Fah. Kalau kamu ditulis di Lauhul Mahfudz dengan Rifa. Pasti ada jalan yang lebih baik. Tanpa hubungan yang nggak direstui oleh Allah ini. Kalau memang bukan Rifa, pasti kamu akan mendapatkan yang lebih baik dari Rifa.”
Alifah hanya diam. Mencermati setiap kata-kata Izzah yang dilontarkan untuknya. Alifah memang jadi jauh dengan-Nya semenjak berpacaran dengan Rifa.

...

Rifa pun memutuskan untuk fokus ke Ujian Nasional, Alifah pun begitu. Rifa berencana untuk kuliah di Kairo, menambah ilmu agama Islam. Sedangkan Alifah akan mengikut tes SPMB dengan pilihan pertama UI, lalu kedua UGM. Rencananya Alifah akan mengambil sastra untuk menggali ilmunya untuk membuat novel dan cerpen.
Mereka berdua mulai sibuk dengan kegiatan masing-masing sehingga hubungan mereka benar-benar terputus.
Hasil tes SPMB keluar tepat ketika Rifa akan berangkat ke Kairo. Alifah diterima di UI di sastra bahasa Indonesia. Sedangkan Rifa sudah mengincar salah satu perguruan tinggi di Kairo. Yang mungkin cocok dengannya. Saat ini Rifa sudah di bandara di temani abi, umi dan adik-adiknya.

...

Alifah masih berkumpul dengan anggota Rohis angkatannya ketika SMP. Saat ini juga sedang berkumpul di musholah SMP dengan anak ikhwan Rohis yang seangkatan dengan Alifah di SMP ini juga. Saat ini mereka berkumpul karena akan kedatangan seseorang dari luar negeri. Alifah tak tahu siapa orangnya.
“Assalamualaikum. Kak BU mengumpulkan kalian disini karena kita akan menyambut salah satu teman kalian yang pulang kuliah dari Kairo.”
Mendengar kak BU bilang begitu. Semua langsung ribut. Pertanyaan mereka semua hampir sama, siapa? Mereka jelas kaget ada teman seangkatan mereka yang melanjutkan studi ke Kairo.
“Dan sekarang orangnya sedang dijemput oleh Zakiy di stasiun.”
Panjang umur, suara deru motor terdengar mendekati musholah. Zakiy masuk musholah disusul dengan... Rifa! Alifah benar-benar kaget dengan kedatangan Rifa kesini.
“Rifa. Sehat akhi?” Tanya kak BU.
“Alhamdulillah saya sehat kak.”
Alifah hanya termangu melihat Rifa yang sudah dewasa. Terakhir Alifah melihat ketika kelulusan SMP. Dan sekarang mereka sudah lulus kuliah. Sudah berapa tahun lamanya tak melihat? Dan tentu saja hubungan mereka sudah berakhir ketika mereka saling mengerti arti cinta sesungguhnya.

...

Bunda sudah menyuruh Alifah untuk mencari pasangan hidup. Karena umur Alifah yang memang sudah matang untuk menikah.
“Fah, sudah ada calon?” Tanya bunda suatu hari.
“Belum tahu bu. Nanti coba Alifah tanya ke kak Nana. Mungkin ada calon yang cocok untuk Alifah.”
Esoknya, Alifah mengunjungi rumah kak Nana, untuk menanyakan perihal itu. Alifah ingin melakukan ta’aruf dengan seorang ikhwan pilihan kak Nana. Alifah yakin, mentornya saat SMP ini pasti akan memilih calon yang cocok untuk Alifah.
“Kamu sudah siap untuk menikah dek?” Tanya kak Nana.
“Iya kak. Kaka ada calon untukku?”
“Sepertinya ada. Minggu depan kamu datang lagi untuk mengambil biodata ikhwan itu.” Kak Nana tersenyum. Alifah lega mendengar kak Nana punya calon untuknya.

...

“Tadi Alifah datang ke rumah kak Nana. Ia ingin melakukan ta’aruf dengan seorang ikhwan yang sudah siap. Bagaimana denganmu?”
“Insya Allah saya siap kak.”
“Kamu tulis biodata singkat kamu disini ya. Minggu depan Alifah akan datang kesini untuk mengambil biodatamu.
“Iya kak.”

...

Alifah masih galau. Siapa yang dipilih kak Nana untuk menjadi calonnya nanti? Pernah kak Nana memperkenalkan adik asuhnya di tempat mengajarnya dulu. Namanya Shidiq. Seorang ikhwan yang sudah menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Tentunya dengan ilmu agama yang sudah tak diragukan lagi.
Mungkin itu calon yang akan berta’aruf dengan Alifah. Karena memang sepertinya kak Nana ingin mencalonkan Alifah dengan Shidiq. Dengan pertanyaan kak Nana yang sempat terlontar ketika menyampaikan materi waktu itu.
Di luar jendela, hujan semakin deras. Alifah merasakan kesejukan dalam dirinya.

...

Hari ini, tepat seminggu dengan hari yang dijanjikan kak Nana. Alifah pamit ke bunda untuk mengambil biodata calon untuk Alifah.
“Hati-hati di jalan ya nak.”
“Iya bun. Assalamualaikum.”
“Wa’alaikumsalam.”
Alifah mengucapkan bismilah ketika kakinya sudah melangkah keluar rumah. Perjalanan cukup jauh, butuh waktu setengah jam untuk sampai.
Sampai sana, kak Nana sudah menunggu di ruang tamu. Tentunya sambil memegang sebuah amplop coklat besar. Tersenyum ke Alifah. Alifah langsung duduk.
“Ini. Baca basmalah dulu dek.”
“Iya ka. Tapi aku buka di rumah saja boleh?”
“Tentu. Hati-hati ya dek.”
Alifah langsung pamit dan membawa sebuah amplop yang berisi sebuah biodata dari calonnya. Tangannya gemetar.

...

Di kamar, Alifah menyetel radionya. Ia pulang tepat waktu. Hujan turun ketika ia sudah sampai di rumah. Suasana kamar menjadi dingin karena udara di luar. Alifah masih duduk di tepi ranjang sambil memegang amplop coklat itu. Bismillah.
Alifah membuka selotip yang menutup rapat amplop tersebut. Pelan-pelan ia menarik ke luar kertas yang berada di dalam amplop. Di paling atas tertera nama dan Alifah melihat ke arah kanan kertas. Calonnya bernama Rifa Ashykya. Subhanallah. Alifah tak menyangka melihat nama Rifa tertera di kertas itu. Matanya langsung panas. Dan butiran-butiran dari air matanya jatuh di pipi.
Tepat ketika butiran air mata jatuh di pipi Alifah. Penyiar radio memutarkan sebuah lagu request dari seseorang. Lagu Jodoh Pasti Bertemu dari Afgan.
Jika aku bukan jalanmu
Ku berhenti mengharapkanmu
Jika aku memang tercipta untukmu
Ku kan memilikimu
Jodoh pasti bertemu
Sungguh indah ketika kita mencintai cinta yang sesungguhnya. Cinta kepada-Nya lah yang sesungguhnya. Betapa indah pula kado yang terindah dari-Nya untuk hamba seperti Alifah yang senantiasa menunggu jodohnya. Menunggu tanpa hubungan yang tak diridai oleh-Nya. Butir-butir air mata Alifah semakin banyak jatuh di pipinya ketika melihat kembali kertas itu menuliskan nama Rifa. Karena tak percaya akan semua ini.