Di
Kantin.
“Besok elo mimpin senam kan, Bel?”
Tanya Mila kepadaku.
“Hmm..Tapi rada males juga, Mil.”
Jawabku lemas, menyender ke punggung kursi sambil menikmati jus alpukat buatan
mas Pur, tukang jus di kantin belakang.
“Emangnya kenapa, Bel?” Tanya Mila
lagi.
“Lagi ada problem nih sama kak
Rini, gara-gara gue deket sama mantannya. Malah dia nuduh gue sebagai penyebab
putusnya hubungan mereka, Mil, Mil. Padahal gue deket sama mantannya aja
setelah dia putus.” Celotehku.
“Lagi elo juga sih, Bel. Dari dulu
nggak pernah hilang sifat centil elo sama kakak kelas cowok yang nan kece-kece”
Cecar Mila, yang tahu persis sifatku itu.
“Udah bawaan dari lahir Honey Bunny Sweety. Susah dihilangin nih.”
Jawabku jujur.
“Up to you ya, Bel. Dari SMP elo emang nggak ada kapoknya dilabrak
dan punya banyak masalah sama kakak kelas. Sepertinya itu malah hobi baru elo
ya, Bel?” Tanya Mila to the point.
“Nggak ko Milaku sayangku cintaku.
Bukan hobi baru, tapi hobi dari dulu. Hehehe.” Cengirku, memamerkan deretan
gigi nan putih kepadanya.
“Terserah elo deh, Bel. Gue mau ke
kelas.” Mila meninggalkanku.
Ya, aku tahu. Dia sangat kecewa
denganku karena aku hanya berjanji dengannya untuk menghentikan kekonyolan ini-
membuat kakak-kakak kelas cewek cemburu dengan cara ia dekat dengan kakak-kakak
kelas cowok nan kece-kece-. Sudah dari kelas 2 SMP aku menjalankan kekonyolanku
itu, berarti sudah 2 tahun.
...
Acara senam memang paling ditunggu
murid-murid dan guru-guru sesekolahan ini. Mengapa? Karena kita bisa melihat
teman-teman kita yang setiap hari menggunakan seragam sekarang menggunakan baju
bebas yang cocok untuk senam dan guru-guru kita yang setiap harinya berdandan
formal kini memakai baju bebas yang cocok untuk senam juga.
Hari ini aku memakai seragam senam
berwarna biru soft yang tidak terlalu ngepas di badan. Agar terlihat lebih
sopan. Dan kedua rambutku dikuncir kuda, dengan poni dora yang tak kalah
menghiasi wajahku pagi ini. Hari ini pula aku sedikit datang terlambat karena
mobil mas Bams, sopirku, mogok di tengah jalan.
“Bel, ayo sini! Bu Pur sudah
manggilin kamu buat pimpin senam hari ini!” Teriak Mila dari lapangan.
“Iya bentar, Miiil! Ini lagi iket
sepatu gue yang lepaas!” Sahutku tak kalah keras dari teriakannya Mila.
Dan, aku sudah berada di atas
podium lapangan sekolahku. Banyak pasang mata memandangku dengan berbagai macam
pandangan. Ada pandangan iri, pandangan takjub, pandangan sinis, dan
sebagainya. Sudah pasti pandangan kak Rini dan teman-temannya adalah sinis,
sedangkan untuk para kakak kelas cowok memandangku takjub.
“Kita senam dulu ya every body!
Musiik!” Teriakku. Dan dengan segera bu Pur menyalakan CD Player, terdengar
lagu poco-poco mengalun.
Aku memimpin senam pagi ini, senam
yang dihiasi canda tawa murid-murid dan guru-guru yang mengikutiku senam
membuatku dapat tersenyum lebar, berseri. Hari ini, rencanaku untuk lagu
pendinginan adalah lagu Agnes Monica dengan Matahariku. Menurutku, lagu itu
melow sehingga cocok untuk pendinginan senam kali ini.
Setelah senam poco-poco sudah
selesai. Aku melanjutkan untuk senam pendinginan, agar sehabis ini tidak ada
yang kram.
“Bu Puur, Matahariku cekidoot.”
Teriakku lantang. Dan alunan lagu Agnes Monica dengan Matahariku mengalun
indah. Ah rasanya aku terbawa lagu ini, sampai-sampai aku baru engeh ketika
teman-teman meneriakanku kalau lagu itu sudah habis. Konyol.
...
Dengan segera, aku dan Mila ke
kantin untuk membeli jus alpukat plus burger chees kesukaanku dan jus melon
plus spagheti kesukaan Mila. Kami ambil tempat duduk di bawah pohon mangga yang
dibawahnya sudah ada meja plus bangku, ini memang tempat favoritku dengan Mila.
Aku menikmati pesananku dan juga Mila menikmati pesanannya.
Kalau sudah begini, Mila bakal
cerita panjang lebar tentang hubungan LDRnya bareng Aldy yang sudah berjalan 3
tahun. Mila di Bogor, sedangkan Aldy di Wonogiri. Sungguh! Aku kagum pada Mila,
ia bisa setia disini, padahal belum tentu Aldy disana juga setia. Mila juga
tahan dengan godaan beberapa kakak kelas cowok nan kece-kece disini yang sudah
berusaha payah menaklukan hati Mila. Tetap saja dihati Mila hanya satu, ALDY!
“Itu ada apaan sih rame-rame,
Mil?” Tanyaku yang agak terusik dengan keramaian di depan kelas 10-5 yang
terletak di dekat kantin.
“Mana, Bel?” Tanya Mila yang
ternyata tidak menyadari keramaian di sudut kantin.
“Itu loh depan kelas 10-5, Mil. Ko
pada teriak-teriak cie-cie sih?” Tanyaku lagi, penasaran.
“Oh..Itu. Waktu itu Amel cerita ke
gue baru deket sama kak Rio, itu mantannya kak Rini. Trus katanya kak Rio mau
nembak Amel langsung, Bel.” Cerita Mila.
“APA? Kak Rio ko nggak pernah
cerita ke gue seh?” Aku kaget. Sumpah! Selama dekat dengannya aku merasa hanya
aku yang sedang dekat dengan dirinya. Sial!
“Ckck. Mana gue tau, Bel.”
Aku langsung menuju keramaian,
mengabaikan jawaban terakhir Mila dan meninggalkannya. Aku berusaha menyempil
diantara mereka-mereka yang mengerubungi kak Rio dan Amel, setelah berusaha
payah melewati rintangan dan hap! Aku sudah berada di depan persis kejadian.
Kak Rio berlutut memberikan bunga mawar merah kepada Amel, sedangkan Amel
malu-malu menanggapi kak Rio.
Aku senang, karena ini membuktikan
kalau bukan karena aku hubungan kak Rio dan kak Rini kandas, tetapi karena Amel.
Ada sedikit rasa nyesek di sudut hatiku, namun tak apalah. Toh, hubunganku
dengan kak Rio hanya sekedar adik-kakak, tidak lebih.
Amel melihat ada sepasang mata
melihat kejadian itu juga dari seberangku, kak Rini. Aku sangat tahu perasaan
kak Rini saat ini, mungkin benar-benar hancur. Melihat sang mantan yang masih
sangat ia sayangi menembak seorang adik kelas yang sudah membuat hubungan
mereka hancur dan sekaligus merebut perhatian kak Rio. Pasangan Double R
“Rio-Rini” sudah tiada.
Amel mengambil mawar merah yang berada di tangan kak Rio,
dan pada saat itu juga suara riuh pikuk sekitar berteriak “hore”. Aku melihat
ke arah kak Rini, ia tersenyum kepadaku. Aku tahu, itu senyum sok tegarnya.
Dan, betapa beruntungnya Amel saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar